Menurut bantuknya
Kritik sastra menurut bentuknya dapat digolongkan menjadi kritik teori
(thoeritical criticism), dan kritik terapan (applied criticism). Kritik
teori adalah bidang kritik sastra yang bekerja untuk menerapkan
istilah-istilah, kategori-kategori dan kriteria-kriteria untuk
diterapkan dalam pertimbangan dan interprestasi karya
sastra, yang dengannya karya sastra dan para sastrawannya dinilai. Adapun kritik terapan adalah pelaksanaan dalam penerapan teori-teori kritik sastra sastra baik secara eksplisit, maupun implisit.
Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan mengehendaki pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antarunsur-unsur pembentuknya. Jadi, unsur intrinsik (objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb. Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri.
Kritik jenis ini mulai berkembang sejak tahun 20-an dan melahirkan teori-teori:
Ada perbedaan antara dua kritik sastra dua liran tersebut. Kritik sastra nonakemik tidak terpaku pada format seperti yang terdapat pada petunjuk Tekhnik Penulisan Ilmiah; teori dan metode sastra meskipun digunakan ─ tidak diekspilitkan, dan menggunakan bahasa ilmiah populer. Jenis-jenis tulisannya berupa esai dan artikel yang dipublikasikan lewat koran, majalah, atau buku-buku yang merupakan kumpulan kritik sastra. Para penulisnya umumnya sastrawan, wartawan atau kalangan umum yang tertarik mendalam dunia sastra. (Perkuliahan)
sastra, yang dengannya karya sastra dan para sastrawannya dinilai. Adapun kritik terapan adalah pelaksanaan dalam penerapan teori-teori kritik sastra sastra baik secara eksplisit, maupun implisit.
Menurut pelaksanaannya
Menurut pelaksanaanya kritik sastra terbagi atas kritik judisial
(judicial criticism) dan impresionistik (impressionistic criticism).
Kritik judisial adalah kritik sastra yang melakukan analisis,
interprestasi, dan penilaiannya berdasarkan ukuran-ukuran, hukum-hukum
dan standar-standar tertentu. Kritikus judisal melakukan kritik sastra
berdasarkan ukuran-ukuran tersebut. Jenis sifatnya deduktif. Dapat
dikatakan kritik ini merupakan kebalikan dari kritik yang sifatnya
induktif. Dalam kritik yang induktif, seorang kritikus tidak menerapkan
standar-standar tertentu dalam mengkritik karya sastra. Ia berangkat
dari fenomena yang ada dalam karya sastra itu secara objektif. Sedangkan
kritik impresionik adalah kritik yang dibuat kritikus dengan
mengemukakan kesan-kesan kritikus tentang objek kritiknya,
tanggapan-tanggapan tentang kara sastra itu berdasarkan apa yang
dirasakan kritikus tersebut. Dalam kritik yang impresionik, seorang
kritikus menggunakan tafsiran untuk mengagumkan pembaca. Dalam kritik
jenis ini kritikus jarang menggunakan penilaian.
Menurut orientasi kritik
Abram (David Logde, 1972:5-21) membagi jenis kritik berdasarkan
orientasinya, yaitu kritik mimetik, kritik ekspresif, kritik pragmatik
dan kritik objektif. - Kritik mimetik adalah kritik yang memandang karya sastra sebagai pencerminan kenyataan kehidupan manusia. Menurut Abrams, kritikus pada jenis ini memandang karya sastra sebagai tiruan aspek-aspek alam. Sastra merupakan pencerminan/penggambaran dunia kehidupan. Sehingga kriteria yang digunakan kritikus sejauh mana karya sastra mampu menggambarkan objek yang sebenarnya. Semakin jelas karya sastra menggambarkan realita semakin baguslah karya sastra itu. Kritik jenis ini jelas dipengaruhi oleh paham Aristoteles dan Plato yang menyatakan bahwa sastra adalah tiruan kenyataan.
- Kritik ekspresif adalah kritik sastra yang memandang karya sastra sebagai ekspresi, curahan perasaan, atau imajinasi pengarang. Kritik ekspresif menitikberatkan pada pengarang. Kritikus ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan perasaan yang dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus dalam hal ini cenderung menimba karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan pengelihatan mata batin pengarang/keadaan pikirannya. Pendekatan ini sering mencari fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan yang sadar/tidak, telah membuka dirinya dalam karyanya.
- Kritik pragmatik memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-efek tertentu pada audien (pendengar dan pembaca), baik berupa efek kesenangan, estetis, pendidikan maupun efek lainnya. Kritik ini cenderung menilai karya sastra menurut berhasil tidaknya karya tersebut mencapai tujuan tersebut (Pradopo, 199:26). Kritik ini memandang karya sastra sebagai sesuatau yang dibangun untuk mencapai efek-efek tertentu pada audien (pendengar dan pembaca), baik berupa efek kesenangan, estetis, pendidikan maupun efek lainnya. Sementara tujuan karya sastra pada umumnya: edukatif, estetis, atau politis. Dengan kata lain, kritik ini cenderung menilai karya sastra atas keberhasilannya mencapai tujuan. Ada yang berpendapat, bahwa kritik jenis ini lebih bergantung pada pembacanya (reseptif). Kritik jenis ini berkembang pada Angkatan Balai Pustaka. Sutan Takdir Alisjabana pernah menulis kritik jenis ini yang dibukukan dengan judul “Perjuangan dan Tanggung Jawab” dalam Kesusastraan.
- Kritik objektif memandang karya satra hendaknya tidak dikaitkan dengan hal-hal di luar karya sastra itu. Ia harus dipandang dsebagai teks yang utuh dan otonom, bebas dari hal-hal yang melatarbelakanginya, seperti pengarang, kenyataan, maupun pembaca. Objek kritik adalah teks satra: unsur-unsur interinsik karya tersebut.
Menurut objek kritik
Karya sastra terdiri atas beragam jenis, yaitu puisi, prosa dan drama.
Artinya, kritik sastra dapat menjadikan puisi, puisi, prosa atau drama
sebagai objeknya. Dengan demikain, jenis kritik ini dapat dibagi lagi
menjadi berdasarkan objeknya, yakni kritik puisi, kritik prosa, kritik
drama. Selain itu, kritik satra itu sendiri dapat dijadikan kritik
sehingga dinamakan kritik atas kritik. Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan mengehendaki pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antarunsur-unsur pembentuknya. Jadi, unsur intrinsik (objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb. Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri.
Kritik jenis ini mulai berkembang sejak tahun 20-an dan melahirkan teori-teori:
- New Critics (Kritikus Baru di AS)
- Kritikus formalis di Eropa
- Para strukturalis Perancis
Menurut sifatnya
Dalam dunia kritik sastra sering terjadi pertentang antara kritik sastra
yang ditulis kalangan akademik dan nonakademik. Hal ini misalnya
terlihat pada polemik antara kritikus sastra yang mengusung apa yang
dinamakan metode Ganzheit dengan tokoh antara lain Goenawan Mohamad dan
Arif Budiman versus kritikus sastra yang kemudian diistilahkan dengan
aliran Rawamangun dengan tokoh-tokohnya antaralain M.S Hutagalung. Dapat
dikatakan kritik aliran Rawamangun mewakili jenis kritik sasta kalangan
akademik. Sedangkan kritik sasta aliran Ganzheti mewakili kalangan
nonakdemik.Ada perbedaan antara dua kritik sastra dua liran tersebut. Kritik sastra nonakemik tidak terpaku pada format seperti yang terdapat pada petunjuk Tekhnik Penulisan Ilmiah; teori dan metode sastra meskipun digunakan ─ tidak diekspilitkan, dan menggunakan bahasa ilmiah populer. Jenis-jenis tulisannya berupa esai dan artikel yang dipublikasikan lewat koran, majalah, atau buku-buku yang merupakan kumpulan kritik sastra. Para penulisnya umumnya sastrawan, wartawan atau kalangan umum yang tertarik mendalam dunia sastra. (Perkuliahan)